MAKALAH PENGUKURAN KINERJA
MANAJEMEN OPERASIONAL
BAB 1 - BAB 2 - BAB 3
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
sebuah sistem pengendalian manajemen yang baik dapat membantu dalam proses
pembuatan keputusan dam memotivasi setiap individu dalam sebuah organisasi agar
melakukan keseluruhan konsep yang telah ditentukan. Sistem pengendalian
manajemen adalah suatu proses yang menjamin bahwa sumber-sumber diperoleh dan
digunakan dengan efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi,
dengan kata lain pengendalian manajemen dapat diartikan sebagai proses untuk
menjamin bahwa sumber manusia, fisik dan teknologi dialokasikan agar mencapai
tujuan organisasi secara menyeluruh.
Pengendalian
manajemen berhubungan dengan arah kegiatan manajemen sesuai dengan garis besar
pedoman yang sudah ditentukan dalam proses perencanaan strategi. Sistem
pengendalian manajemen meramalkan besarnya penjualan dan biaya untuk tiap level
aktifitas, anggaran, evaluasi kinerja dan motivasi karyawan.
Dalam
era globalisasi saat ini perkembangan industri dan perekonomian harus diimbangi
oleh kinerja karyawan yang baik sehingga dapat tercipta dan tercapainya
tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Salah satu persoalan penting dalam
pengelolaan sumber daya manusia (pegawai) dalam organisasi adalah mengukur
kinerja pegawai. Pengukuran kinerja dikatakan penting mengingat melalui
pengukuran kinerja dapat diketahui seberapa tepat pegawai telah menjalankan
fungsinya. Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain
itu, hasil pengukuran kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam
proses pengembangan pegawai.
Menurut
seorang pakar mengatakan bahwa “Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat
dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui
hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun proses”. Artinya,
setiap kegiatan perusahaan harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya
dengan pencapaian arah perusahaan di masa yang akan datang yang dinyatakan
dalam misi dan visi perusahaan.
Namun,
sering terjadi pengukuran dilakukan secara tidak tepat. Ketidaktepatan inidapat
disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan
pengukuran kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna kinerja yang
diimplementasikan, ketidapahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan,
ketidakakuratan instrumen pengukuran kinerja, dan ketidakpedulian pimpinan
organisasi dalam pengelolaan kinerja.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini,
yakni:
1) Apa
itu produktivitas perusahaan?
2) Apa
itu operasi bench marking?
3) Apa
arti penting manusia dalam organisasi atau perusahaan?
4) Apa
saja desain pekerjaan?
5) Apa
itu standar waktu kerja?
1.3
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian dalam makalah ini
adalah:
1) Menjelaskan
maksud dari produktivitas perusahaan.
2) Menjelaskan
tentang operasi bench marking.
3) Menjelaskan
arti penting manusia dalam organisasi atau perusahaan.
4) Menjelaskan
tentang desain pekerjaan dan standar waktu kerja.
BAB
II
PENGUKURAN
DAN PENINGKATAN KINERJA
2.1
Produktivitas
Perusahaan
Proses
pembuatan barang dan jasa memerlukan transformasi sumber daya menjadi barang
dan jasa. Semakin efisien kita melakukan perubahan ini, maka kita akan menjadi
produktif dan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dihasilkan
menjadi lebih tinggi. Produktivitas merupakan perbandingan antara output
(barang atau jasa) dibagi dengan satu atau lebih input (seperti tenaga kerja,
modal atau manajemen). Tugas manajer operasi meningkatkan perbandingan antara
output dan input ini. Meningkatkan produktifitas berarti meningkatkan
efisiensi.
Peningkatan
produktivitas dapat dicapai dengan dua cara, yakni pengurangan input saat
output konstan, atau sebaliknya, dan peningkatan output di saat input konstan.
Keduanya mencerminkan peningkatan produktivitas. Dari segi ekonomi, input
adalah tenaga kerja, modal, dan manajemen, yang diintegrasikan dalam suatu
sistem produksi. Manajemen menciptakan sistem produksi yang menghasilkan proses
transformasi dari input menjadi output. Output adalah barang dan jasa, termasuk
beragam jenis barang misalnya seperti senjata, sistem pendidikan, dan sistem
peradilan yang lebih baik. Produksi adalah proses pembuatan barang dan jasa.
Produksi yang tinggi bisa mencerminkan bahwa lebih banyak orang yang bekerja
dan tingkat ketenagakerjaan tinggi (tingkat pengangguran rendah) tetapi belum
tentu mencerminkan tingginya produktivitas.
Pengukuran
produktivitas adalah salah satu cara yang baik untuk mengevaluasi kemampuan
sebuah negara untuk dapat memperbaiki standar hidup rakyatnya. Hanya dengan
peningkatan produktivitas, standar hidup dapat diperbaiki. Lebih jauh, hanya
dengan peningkatan produktivitas inilah, tenaga kerja, pemodal, dan manajemen
bisa menerima penghasilan yang lebih besar. Jika tenaga kerja, modal, dan manajemen
meningkat tanpa disertai dengan meningkatnya produktivitas, maka harga akan
menjadi mahal. Di lain pihak, harga dipaksa turun saat produktivitas meningkat,
karena lebih banyak produk yang dibuat, dengan sumber daya yang sama.
2.1.1
Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas dapat
dilakukan secara sederhana, yakni dengan produktivitas faktor tunggal dan
produktivitas multifaktor. Produktivitas faktor tunggal, menggambarkan
perbandingan satu sumber daya (input) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan
(output). Produktivitas multifaktor, menggambarkan
perbandingan banyak atau seluruh sumber daya (input) terhadap barang dan jasa
yang dihasilkan (output).
2.1.2 Variabel
Produktivitas
Peningkatan produktivitas bergantung
pada tiga variabel produktivitas, yakni tenaga kerja, modal, dan manajemen.
Tiga faktor ini sangat penting dalam memperbaiki produktivitas.
Tenaga kerja, peningkatan kontribusi
tenaga kerja pada produktivitas disebabkan tenaga kerja yang lebih sehat, lebih
berpendidikan, dan bergizi baik. Tiga variabel pokok yang dapat meningkatkan
produktivitas tenaga kerja, yaitu pendidikan dasar yang sesuai bagi tenaga
kerja yang efektif, pengetatan angka tenaga kerja, dan biaya sosial yang
membuat tenaga kerja tersedia.
Modal, manusia merupakan makhluk yang
mempergunakan alat. Investasi modal merupakan salah satu alat tersebut.
Menggunakan lebih banyak tenaga kerja daripada modal dapat mengurangi tingkat
pengangguran jangka pendek, namun membuat ekonomi menjadi tidak produktif dan
mendorong upah minimumpekerja menjadi lebih rendah pada jangka panjang.
Investasi modal sering merupakan kebutuhan, tetapi lebih sering tidak cukup
untuk meningkatkan produktivitas. Pertukaran antara modal dan tenaga kerja
selalu berubah. Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin banyak proyek
yang membutuhkan modal besar “tersingkir”, karena tingkat pengembalian
investasi semakin kecil. Manajer menyesuaikan rencana investasi dengan
perubahan modal.
Manajemen, manajemen merupakan faktor
produksi dan sumber daya ekonomi. Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan
tenaga kerja dan modal digunakan secara efektif untuk meningkatkan
produktivitas. Manajemen bertanggung jawab pada lebih dari separuh peningkatan
produktivitas tahunan.
2.1.3 Pengukuran
Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pengukuran
kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk
dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Proses pengukuran
kinerja seringkali membutuhkan penggunaan bukti statistik untuk menentukan
tingkat kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di
balik dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum. Bila
kemudian tidak dilakukan pengukuran kinerja:
1) Bagaimana
bisa tahu mana-mana yang perlu dikembangkan?
2) Bagaimana
bisa tahu di mana harus mengalokasikan uang dan SDM?
3) Bagaimana
bisa tahu kinerja organisasi kita dengan lainnya?
4) Bagaimana
bisa tahu apakah kinerja kita sedang menaik atau menurun?
5) Bagaimana
bisa tahu mana-manakah program, metode, atau karyawan yang benar-benar
menghasilkan yang juga hemat secara biaya dan tepat secara tujuan?
2.1.4 Faktor-Faktor
Yang Dapat Mempengaruhi Produktivitas
Tenaga kerja atau pegawai adalah manusia
yang merupakan faktor produksi yang dinamis memiliki kemampuan berpikir dan
motivasi kerja, apabila pihak manajemen perusahaan mampu meningkatkan motivasi
mereka, maka produktivitas kerja akan meningkat. Faktor- faktor yang
mempengaruhi produktivitas yaitu:
a) Kemampuan,
adalah kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan, lingkungan kerja yang
menyenangkan akan menambah kemampuan tenaga kerja.
b) Sikap,
sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak dihubungkan dengan
moral dan semangat kerja .
c) Situasi
dan keadaan lingkungan, faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana
semua karyawan dapat bekerja dengan tenang serta sistim kompensasi yang ada.
d) Motivasi,
setiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha meningkatkan
produktivitas.
e) Upah,
upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat
menyebabkan penurunan produktivitas kerja.
f) Tingkat
pendidikan, latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga kerja akan
mempengaruhi produktivitas, karenanya perlu diadakan peningkatan pendidikan dan
latihan bagi tenaga kerja.
g) Perjanjian
kerja, merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban karyawan. Sebaiknya ada
unsur-unsur peningkatan produktivitas kerja.
h) Penerapan
teknologi, kemajuan teknologi sangat mempengaruhi produktivitas, karena itu
penerapan teknologi harus berorientasi mempertahankan produktivitas
2.2
Operasi
Bench Marking
Bench
Marking adalah proses pengukuran operasional terhadap bisnis sebuah perusahaan
(kualitas produksi-jasa layanan) dengan membandingkannya keperusahaan/institusi
lain yang mempunyai produksi/jasa layanan yang lebih baik Bench marking
membutuhkan kesiapan “fisik” karena dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan
teknologi yang matang untuk melakukan bench marking secara akurat. Sedangkan
secara “mental”, bahwa pihak manajemen perusahaan harus bersiap diri bila
setelah dibandingkan dengan pesaing, ternyata mereka menemukan kesenjangan yang
cukup tinggi.
2.2.1
Jenis – Jenis Bench Marking
Jenis-jenis bench marking adalah sebagai berikut:
a. Benchmarking Internal : Pendekatan
ini dilakukan dengan membandingkan operasi suatu bagian dengan bagian internal
lainnya dalam suatu organisasi
b. Benchmarking kompetitif : Pedekatan
ini dilakukan dengan mengadakan perbandingan dengan berbagai pesaing
c. Benchmarking Fungsional : Pendekatan ini dilakukan dengan
mengadakan perbandingan fungsi atau proses dari perusahaan-perusahaan yang
berada di berbagai industri
d. Benchmarking Generik : Melakukan
perbandingan dengan proses bisnis fundamental yang cenderung sama di setiap
industri.
2.2.2 Hambatan-Hambatan Terhadap Kesuksesan Bench Marking
Hambatan-hambatan terhadap
kesuksesan bench marking adalah:
a. Fokus Internal : Organisasi terlalu
berfokus internal dan megabaikan kenyatan bahwa proses yang terbaik dalam
kelasnya dapat menghasilkan efisiensi yang jauh lebih tinggi, maka visi
organisasi menjadi sempit.
b. Tujuan Benchmarking Terlalu Luas :
Benchmarking membutuhkan tujuan yang lebih spesifik dan berorientasi pada
bagaimana (proses), bukan pada apa (hasil)
c. Skedul Yang Tidak Realistis
Benchmarking membutuhkan kesabaran, karena merupakan proses keterlibatan yang
membutuhkan waktu. Sedangkan skedul yang terlampau lama juga tidak baik, karena
mungkin ada yang salah dalam pelaksanaannnya.
d. Komposisi Tim Yang Kurang Tepat :
Perlu pelibatan terhadap orang-orang yang berhubungan dan menjalankan proses
organisasi sehari-hari dalam pelaksanaan benchmarkin.
e. Bersedia Menerima “OK-in-Class” :
Seringkali organisasi bersedia memilih mitra yang bukan terbaik dalam kelasnya.
Hal ini dikarenakan : Yang terbaik di kelasnya tidak berminat untuk
berpartisipasi,
riset mengidentifikasi
mitra yang keliru, dan perusahaan benchmarking malas berusaha dan hanya memilih
mitra yang lokasinya dekat.
f. Penekanan Yang Tidak Tepat : Tim
terlalu memaksakan aspek pengumpulan dan jumlah data. Padahal aspek yang paling
penting adalah poses itu sendiri.
g. Kekurangpekaan Terhadap Mitra : Mitra
Benchmarking memberikan akses untuk mengamati prosesnya dan juga menyediakan
waktu dan personilnya kuncinya untuk membantu proses benchmaking kepada
organisasi sehingga mereka harus dihormati dan dihargai.
h. Dukungan Manajemen Puncak Yang
Terbatas : Dukungan total dari manajemen puncak dibutuhkan untuk memulai
benchmarking, membantu tahap persiapan dan menjamin tercapainya manfaat yang
dijanjikan.
2.3
Arti
Penting Manusia dalam Organisasi atau Perusahaan
Peranan
sumber daya manusia dalam berorganisasi sangatlah penting karena sumberdaya
manusia ini sebagai pengelola sistem, agar sistem tersebut dapat tetap berjalan,
tentu dalam pengelolaannya harus memperhatikan aspek-aspek penting seperti
pelatihan, pengembangan, dan motivasi. Dalam hal ini sumber daya manusia
dijadikan manejemen sebagai salah satu indikator penting pencapaian tujuan
organisasi secara efektif dan vital. SDM merupakan aset organisasi yang sangat
vital, karena itu peran dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh sumber daya
lainnya. SDM dalam organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap
visi,misi,tujuan,dan sasaran organisasi dimana dia berada di dalamnya.
2.4
Desain
Pekerjaan
Desain pekerjaan menetapkan tugas-tugas
yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi seseorang atau sebuah kelompok.
Terdapat tujuh komponen desain pekerjaan, yaitu:
a. Spesialisasi
Pekerjaan : pembagian tenaga kerja menjadi tugas-tugas yang “khusus”
b. Ekspansi
Pekerjaan
c. Komponen
Psikologis
d. Tim
yang Mandiri : sekelompok individu yang diberdayakan dan bekerja bersama-sama
untuk meraih sebuah tujuan yang sama
e. Motivasi
dan Sistem Insentif
f. Ergonomic
dan Metode Kerja
g. Tempat
Kerja yang Visual : penggunaan beragam teknik komunikasi visual untuk
mengkomunikasikan informasi secara cepat bagi semua pihak yang berkepentingan
2.5
Standar
Waktu Kerja
Manajemen
operasi yang efektif membutuhkan standar yang dapat membantu perusahaan untuk
menentukan:
a. Proporsi
pekerja dari setiap barang yang diproduksi (biaya pekerja),
b. Kebutuhan
staf (berapa banyak orang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang dibutuhkan),
c. Perkiraan
biaya dan waktu sebelum produksi dilaksanakan (untuk membantu mengambil beragam
keputusan, dari perkiraan biaya hingga ke keputusan untuk membuat sendiri atau
membeli),
d. Jumlah
kru dan keseimbangan pekerjaan (siapa mengerjakan apa dalam satu aktivitas
kelompok atau pada satu lini produksi),
e. Tingkat
produksi yang diharapkan (sehingga baik manajer dan pekerja tahu apa saja yang
termasuk dalam satu hari kerja normal),
f. Dasar
perencanaan insentif pekerja (apa yang menjadi acuan untuk memberikan insentif
yang tepat), dan
g. Efisiensi
karyawan dan pengawasan (sebuah standar diperlukan untuk mengetahui apa yang
digunakan dalam penentu efisiensi).
Standar pekerja yang ditetapkan secara
benar, mewakili waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja rata-rata untuk
melaksanakan aktivitas tertentu di bawah kondisi kerja normal. Standar pekerja
ditetapkan dengan empat cara, yaitu:
a. Pengalaman
masa lalu
Standar pekerja dapat diperkirakan berdasarkan
pengalaman masa lalu, yaitu berapa jam pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan
suatu pekerjaan. Standar masa lalu mempunyai kelebihan, karena secara relative
mudah dan murah didapatkan. Standar masa lalu ini biasanya didapatkan dari
kartu waktu pekerja atau dari data produksi. Walaupun demikian, standar ini
tidak objektif, dan kita tidak mengetahui keakuratannya, apakah mereka
mencerminkan kecepatan kerja yang layak atau yang buruk, dan apakah kejadian
yang tidak biasa terjadi sudah dimasukan dalam perhitungan. Karena variabel ini
tidak diketahui, penggunaan teknik ini tidak dianjurkan.
b. Studi
waktu
Pengambilan waktu dengan menggunakan stopwatch atau studi waktu, yang pada
awalnya dikenalkan oleh Frederick W. Taylor di tahun 1881, masih menjadi metode
yang paling banyak digunakan hingga sekarang. Prosedur studi waktu menggunakan
contoh sampel kinerja seorang pekerja dan menggunakannya sebagai standar.
Seorang pekerja yang terlatih dan berpengalaman dapat menerapkan standar dengan
delapan langkah berikut:
1) Definisikan
pekerjaan yang akan diamati
2) Bagi
pekerjaan menjadi elemen yang tepat
3) Tentukan
berapa kali akan dilakukan pengamatan
4) Hitung
waktu dan catat waktu elemen serta tingkat kinerja
5) Hitung
waktu siklus rata-rata. Waktu siklus pengamatan rata-rata adalah waktu
rata-rata aritmetika bagi setiap elemen yang diukur, yang disesuaikan akan
adanya pengaruh yang tidak biasa bagi setiap elemen.
6) Tentukan
tingkat kinerja dan kemudian hitung waktu normal untuk setiap elemen.
Waktu Normal = (Wkt.
Siklus pengamatan rata-rata) x (faktor peringkat)
7) Tambahkan
waktu normal untuk setiap elemen untuk mendapatkan waktu normal total untuk
pekerjaan tersebut.
8) Hitung
waktu standar. Penyesuaian ke waktu normal total memberikan kelonggaran seperti
kebutuhan pribadi, keterlambatan yang tidak dapat dihindarkan, dan kelelahan.
Studi waktu membutuhkan sebuah proses pengambilan
sampel, jadi pertanyaan kesalahan pengambilan sampel dalam waktu siklus
pengamatan rata-rata biasa terjadi. Dalam statistic, kesalahan bervariasi
dengan jumlah berbanding terbalik dengan ukuran sampel. Jadi untuk menentukan
berapa banyak siklus yang harus dicatat, keragaman setiap elemen dalam
pengamatan harus dipertimbangkan.
c. Standar
waktu yang telah ditentukan
Sebagai tambahan bagi pengalaman masa lalu dan studi
waktu, standar produksi dapat ditetapkan dengan menggunakan standar waktu yang
telah ditentukan. Standar waktu yang telah ditentukan merupakan suatu pembagian
pekerjaan manual menjadi elemen dasar kecil yang waktunya telah ditetapkan dan
dapat diterima secara luas. Untuk memperkirakan sebuah pekerjaan tertentu,
faktor waktu bagi setiap elemen dasar dari pekerjaan itu dijumlahkan. Untuk
dapat mengembangkan sistem standar waktu yang telah ditentukan secara
menyeluruh, perusahaan membutuhkan biaya yang besar. Sebagai akibatnya sejumlah
sistem bisa didapatkan secara komersial. Standar waktu yang telah ditentukan
yang paling umum adalah metode pengukuran waktu.
Standar waktu yang telah ditentukan memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan studi waktu. Pertama, studi waktu ini
dapat dibuat di laboratorium, prosedur ini tidak akan mengganggu aktivitas
produksi yang sesungguhnya. Kedua, karena standar yang ditentukan sebelum
sebuah pekerjaan benar-benar dilakukan, standar ini dapat digunakan untuk
membuat rencana. Ketiga, tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan.
Keempat, serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang wajar
untuk menetapkan standar. Yang terakhir, standar waktu yang ditentukan biasanya
efektif pada perusahaan yang melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas
yang sama. Untuk memastikan standar pekerja yang akurat, beberapa perusahaan
menggunbakan baik studi waktu maupun studi waktu yang telah ditentukan.
d. Pengambilan
sampel kerja
Pengambilan sampel kerja, dengan
memperkirakan persentase waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada
beragam pekerjaannya. Pengambilan sampel kerja membutuhkan pengamatan secara
acak untuk mencatat aktivitas yang dilakukan pekerja. Hasilnya terutama
digunakan untuk menentukan bagaimana karyawan mengalokasikan waktu mereka di
antara beragam aktivitas.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produktivitas
merupakan perbandingan antara output (barang atau jasa) dibagi dengan satu atau
lebih input (seperti tenaga kerja, modal atau manajemen). Pengukuran
produktivitas adalah salah satu cara yang baik untuk mengevaluasi kemampuan
sebuah negara untuk dapat memperbaiki standar hidup rakyatnya. Hanya dengan
peningkatan produktivitas, standar hidup dapat diperbaiki. Lebih jauh, hanya
dengan peningkatan produktivitas inilah, tenaga kerja, pemodal, dan manajemen
bisa menerima penghasilan yang lebih besar. Jika tenaga kerja, modal, dan
manajemen meningkat tanpa disertai dengan meningkatnya produktivitas, maka
harga akan menjadi mahal. Di lain pihak, harga dipaksa turun saat produktivitas
meningkat, karena lebih banyak produk yang dibuat, dengan sumber daya yang
sama.
Pengukuran
kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk
dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Tujuan mendasar di
balik dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.
Standar
pekerja dibutuhkan untuk sebuah sistem operasi yang efisien. Standar pekerja
dibutuhkan bagi perencanaan produksi, perencanaan pekerja, pembuatan anggaran,
dan mengevaluasi kinerja. Standar pekerja juga digunakan untuk dasar sistem
insentif. Standar dapat dibuat melalui data masa lalu, studi waktu, standar
waktu yang telah ditentukan, dan pengambilan sampel kerja.
0 komentar:
Posting Komentar